andi syahputra

Senin, 05 Desember 2011

miskin

 kapitalisasi penyabab kemiskinan

SELALU MENYEBARKAN KEMISKINAN
Kapitalisme berlaku bak seorang yang baik hati yang berkata, “Saya begitu cinta terhadap orang miskin, sehingga saya berpikir bahwa tidak pernah ada cukup banyak orang miskin.” Di Brazil, sistem ini membunuh ribuan anak setiap tahun akibat penyakit dan kelaparan. Dengan atau tanpa proses pemilihan, kapitalisme adalah anti demokrasi, karena mayoritas orang menjadi terpenjara oleh kebutuhan-kebutuhan.
Empat-perlima penduduk dunia ‘secara resmi’ hidup dalam kemiskinan, dan sistem ini tetap mempertahankan mereka pada posisi kemiskinan itu. Sebagian besar dari Dunia Ketiga dihambat untuk berkembang maju secara ekonomi. Negara-negara Dunia Ketiga dibuat tergantung pada bantuan dari negara-negara industri, dan kekayaan alam mereka dikering tandaskan oleh kekuatan-kekuatan imperialis ini. Pada tahun 1990, Dunia Ketiga menerima bantuan resmi sebesar 44 milyar dolar AS. Di tahun yang sama, 165 milyar dollar AS mengalir dari Dunia Ketiga ke negara-negara imperialis hanya untuk melayani pembayaran hutang luar negeri.
Teknologi dan uang yang diperlukan untuk proses industrialisasi di Dunia Ketiga dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan transnasional di negara-negara kaya. Kurang dari 700 perusahaan-perusahaan seperti ini mengontrol hampir keseluruhan produksi dunia. Untuk mengumpulkan bahan-bahan mentah dan menjual produk-produk pertanian ke negara-negara maju, ekonomi-ekonomi Dunia Ketiga harus bekerja sama dengan perusahaan transnasional yang mengambil sebagian besar keuntungan. Kemudian produk-produk jadi, yaitu barang-barang manufaktur, dijual kembali ke Dunia Ketiga.
Kontrol transnasional atas tekhnologi dan keuangan memungkinkan negara-negara maju untuk mendominasi industri manufaktur. Jika itupun tidak cukup, maka mereka dengan angkuh akan menggunakan blok-blok perdagangan dan kekuatan militer untuk memaksakan kehendak. Ekonomi Dunia Ketiga menyediakan buruh dan bahan mentah murah, dan mengkonsumsi apa yang dijual oleh perusahaan-perusahaan multinasional tersebut. Untuk tetap kompetitif, perusahaan-perusahaan itu semakin membayar murah untuk Dunia Ketiga dan menuntut harga tinggi untuk bahan-bahan jadi yang mereka produksi. Maka wajarlah yang miskin menjadi semakin miskin. Pada permulaan dekade ini, pendapatan rata-rata penduduk Dunia Ketiga hanya 6% dari besarnya pendapatan rata-rata penduduk di negara-negara imperialis kaya. Jika datang krisis ekonomi, maka mereka menggenjot persaingan yang lebih ketat demi keuntungan perusahaan, dengan menyalahkan pertambahan jumlah penduduk ‘negara paling terbelakang’. Tahun 1990, 11 negara lagi masuk kedalam daftar ini (sehingga menjadi 42 negara).
Hanya ada satu negara Dunia Ketiga tidaklah cukup. Kapitalisme perlu menyebarkan kemiskinan seluas mungkin. Dan saat ini sudah ada ‘Dunia Ketiga’ dalam Dunia Pertama.
Di Dunia Pertama yang kaya, kini semakin banyak jumlah pengangguran baru dan buruh yang diupah rendah. Di Australia terdapat dua juta orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, dan dua juta orang yang sebenarnya ingin bekerja jika bisa. Di AS, kemiskinan pada 1990an, kini kembali ke tingkat 1960an. Seperempat jumlah penduduknya hidup dalam kemiskinan; bukan hanya para penganggur. Sepertiga dari ratusan juta nagkatan kerja AS yang kuat adalah buruh yang diupah rendah, yang bertahan hidup hanya sedikit diatas garis kemiskinan resmi.
MENGHASILKAN PENGANGGURAN
Makin dan makin banyak orang menjadi miskin, karena mereka menganggur (tidak bekerja). Tetapi mengapa orang yang mencari pekerjaan tidak bisa mendapatkan pekerjaan? Tentu saja sebetulnya ada banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan. Ada banyak rumah, gedung sekolah, dan rumah sakit yang perlu dibangun; ada banyak pakaian yang perlu dibuat; daerah rekreasi yang perlu dikembangkan; bahan pangan yang perlu ditumbuhkan; lahan-lahan gersang yang perlu dihijaukan; dan sungai-sungai tercemar yang perlu dibersihkan. Dan tentu saja semakin banyak orang yang bekerja, semakin banyak pula yang diperlukan untuk membayar mereka, yaitu harus disediakan pula lebih banyak rumah, pangan, sandang, dan layanan-layanan lainnya. Inilah semua yang diwaklili oleh uang. Adalah tugas yang mendesak untuk menyesuaikan jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Lalu apa persoalannya ?
Diantara orang-orang yang ingin bekerja dan mesin-mesin yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, terdapat sekelompok kecil kapitalis, yang dikenal sebagai orang bisnis (pengusaha). Usaha mereka adalah untuk menghasilkan uang. Dan anda tidak bisa menggunakan mesin yang mereka miliki, kecuali jika digunakan untuk menghasilkan uang bagi mereka. Mereka lebih memilih untuk menjalankan pabrik-pabrik mereka dengan kapasitas 50 atau 70%, untuk mempertahankan agar produk-produk yang dihasilkan tetap langka dan mereka bisa menjualnya dengan harga tinggi. Dan para kapitalis ini perlu mempertahankan adanya pengangguran agar upah pekerja bisa tetap rendah. Buruh yang berjuang untuk mendapatkan upah yang lebih baik setiap saat bisa mereka pecat, dan digantikan dengan calon buruh baru yang telah menunggu dalam antrian panjang. Kapitalisme tidak bisa membiarkan buruh bangunan pergi bekerja, dan membangun rumah cukup untuk semua orang.
Pengangguran adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam sebuah masyarakat yang didasarkan atas pencarian keuntungan. Tujuan utama dari produksi bukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, melainkan untuk memproduksi secepat mungkin dan semurah mungkin. Dengan cara ini, perusahaan-perusahaan bisa memaksimalkan keuntungan mereka di pasaran.
Dalam perjalanan prosesnya, kapitalisme memproduksi terlalu banyak: terlalu banyak pangan, terlalu banyak pakaian, terlalu banyak gedung, terlalu banyak mebel, dst. Kemudian ‘mau tidak mau’ mereka harus mengalami krisis untuk melepaskan diri dari perusahaan-perusahaan yang paling tidak mampu bersaing, dan menggenjot perolehan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan lainnya. Dan kita harus menanggung itu semua dalam bentuk dipotongnya upah buruh dan standar hidup yang semakin rendah.
Persoalannya bukanlah bahwa buruh memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan, melainkan lebih banyak dari yang bisa dijual untuk mendapatkan keuntungan. Ini menyebabkan tekanan agar harga turun, yang mengancam perolehan keuntungan bagi kapitalis lainnya. Dan ketika para kapitalis tidak bisa menjual produk-produk mereka dengan harga yang menghasilkan keuntungan, maka mereka akan memotong produksi. Memotong produksi berarti mereka hanya membutuhkan sedikit buruh.
Tekhnologi baru juga berarti pengangguran. Bukan karena mereka memang begitu seharusnya, namun ditangan para kapitalis, tekhnologi bukan digunakan untuk membuat semua orang bekerja dengan jam kerja yang lebih sedikit untuk mendapatkan bayaran yang sama, melainkan digunakan untuk menurunkan beban upah yang harus dibayarkan kepada para buruh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar